Investasi Asuransi Jiwa Masyarakat – Milenial



Investasi Asuransi Jiwa Masyarakat – Milenial

Investasi menjadi kata yang menarik beberapa tahun belakangan ini. Banyak yang mulai terpengaruh tren investasi dari kalangan milenial. Yah kalangan milenial berhasil mengubah paradigma masyarakat luas mengenai investasi itu sendiri. Yang dulunya investasi harus dengan modal yang besar, ternyata salah. Karena sekarang, investasi bisa dengan modal kecil.

Hal ini terjadi karena kalangan milenial mendapatkan akses yang mudah untuk mengetahui seperti apa investasi yang sebenarnya. Ditambah lagi berbagai informasi menarik dari media maupun social media, sehingga bisa mengalihkan sejenak perhatian pada milenial ini dari sekedar update status maupun update aktivitas sehari-hari ke investasi. Bahwa sebenarnya, investasi itu suatu cara untuk mengelola keuangan dan resiko keuangan mereka.

Sadar akan resiko keuangan yang timbul, masyarakat luas melalui milenial secara perlahan mulai terdidik mengenai asuransi jiwa yang sebenarnya. Sebelumnya banyak yang mengetahui bahwa asuransi adalah investasi. Yang artinya mereka menyimpan uang selama beberapa tahun dengan pembayaran premi secara berkala hingga tiba masa waktu yang ditentukan mereka bisa menarik dana tersebut ditambah dengan hasil pengembangan. Namun seiring berjalannya waktu, masyarakat paham bahwa konsep asuransi jiwa itu adalah proteksi yang berbalut investasi. Dengan proteksi yang lebih dikedepankan ketimbang investasinya.

Dan benar saja, asuransi jiwa adalah salah satu cara yang lagi booming untuk mengelola keuangan dan resiko keuangan yang dimiliki. Bayangkan saja dengan premi Rp. 350.000,- setiap bulannya para milenial ini sudah bisa tercover resiko keuangan hingga 2M. Yang artinya jika terjadi resiko pada para milenial ini maka kepada ahli waris akan dibayarkan hingga 2M. Dengan premi yang rendah dan uang pertanggungan yang besar membuat masyarakat semakin tertarik untuk berasuransi.

Kalangan milenial yang mulai akrab dengan istilah asuransi adalah hasil dari literasi dan inklusi asuransi jiwa yang mulai digalakkan beberapa tahun kemarin. Sehingga mereka tertarik untuk memiliki asuransi jiwa. Hal ini juga akibat dari maraknya perusahaan yang mengharuskan asuransi pada barang – barang yang mereka jual. Saat ini mobil, motor, hingga layar handphone pun tercover oleh asuransi. Minimal ini membuat masyarakat luas dan para milenial berpikir bahwa benda mati saja diasuransikan, bagaimana dengan diri kita sendiri?

Namun pemilihan jenis asuransi jiwa juga harus diwaspadai. Karena saat ini masih banyak agen yang tidak bertanggung jawab, menjelaskan mengenai produk asuransi secara serampangan. Ditambah dengan calon nasabah yang tidak mau bertanya lebih lanjut mengenai produk yang akan dibeli. Sehingga terjadi kesalahpahaman dalam berasuransi.

Untuk mendukung masyarakat luas yang paham akan asuransi secara mandiri kembali dibutuhkan literasi dan inklusi asuransi jiwa yang memadai, tentunya dengan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti. Wadah yang mudah di akses oleh masyarakat luas harus di update setiap saat. Sehingga ketika ada penawaran yang dilakukan oleh agen asuransi, masyarakat menjadi aktif untuk bertanya, menggali lebih dalam mengenai produk hingga ke detail-detailnya. Dan akhirnya aspek kebutuhan nasabah terhadap asuransi itu ada. Karena adanya kebutuhan tersebut masyarakat dengan sendirinya akan ikut mensosialisasikan mengenai asuransi yang dibeli kepada lingkungan sekitarnya. Menceritakan mengenai produk tersebut serta manfaat yang akan diperoleh.

Olehnya pemahaman agen terhadap produk asuransi jiwa harus dipertajam, agar tidak timbul miskomunikasi dengan calon nasabah. Saat akan membeli asuransi jiwa orang pertama yang di cari calon nasabah adalah agen. Mereka datang dengan membawa kehangatan dari produk asuransi jiwa.

Itulah mengapa literasi dan inklusi asuransi jiwa menjadi penting untuk dilakukan. Agar masyarakat terus tersentuh mengenai asuransi jiwa, untuk mewaspadai investasi yang ada disekitarnya. Jika masyarakat pintar dan terdidik dalam mengelola keuangan dan mengelola resiko maka asuransi jiwa bukan lagi menjadi pilihan namun wajib untuk dimiliki. Dan ketika bertemu orang lain mereka akan berkata sudah punya asuransi jiwa? Ayok berasuransi.

Ditulis Oleh : Dhiyan Aristi

Older Post Newer Post