Menuju Bisnis Asuransi Jiwa Berkelanjutan, AAJI Kembali Gelar Workshop Terkait ESG
Jakarta, 5 April 2024 – Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) kembali menyelenggarakan workshop tentang penerapan ESG (Environmental, Social & Governance) di industri asuransi jiwa. Workshop ini fokus pada tema “Menghadapi Tantangan ESG dalam Asuransi: Pendekatan Inovatif untuk Pengelolaan Risiko dan Peluang Bisnis”.
Ketua Dewan Pengurus AAJI, Budi Tampubolon menekankan bahwa kerusakan lingkungan, terutama pencemaran udara, air dan tanah memiliki dampak besar pada masa depan manusia, terutama di sektor kesehatan. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya penyakit pernapasan, masalah kulit dan kanker.
“Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa 209 kejadian dengan 3,2 juta kematian per tahun di Indonesia disebabkan oleh gangguan dan sakit pernapasan akibat pencemaran lingkungan. Data beberapa tahun terakhir juga menunjukkan bahwa penyakit ISPA menjadi jenis penyakit peringkat 5 teratas dengan klaim terbanyak” ungkap Budi.
Dampak ini juga terlihat jelas pada kenaikan klaim kesehatan perorangan sebesar 25,9% year on year dengan nominal Rp13,4 triliun dan klaim kesehatan kumpulan sebesar 23,2% dengan nominal Rp7,44 triliun.
“Meski topik ESG masih terkesan masa depan, namun masa depan itu sudah dekat. Saat banyak industri belum sadar dan bertindak, mari kita jadi pelopor penerapan ESG. Kita bawa kebaikan bukan hanya bagi industri asuransi jiwa, tapi juga anak cucu. Mari ubah, sedikit demi sedikit, demi masa depan yang berarti” ungkap Budi.
Ketua Perhumas BPC Bandung, Indra Ardiyanto, menekankan pentingnya penerapan sistem sustainability report bagi seluruh sektor bisnis.
“Perusahaan yang menerapkan ESG akan lebih unggul dibanding kompetitornya khususnya dalam hal kinerja saham dan kinerja keuangan. Penerapan ESG juga dapat menjadi portofolio bagi perusahaan untuk menarik investor dan berkontribusi pada hasil lingkungan serta sosial yang positif” jelas Indra.
Indra juga menyinggung beberapa tantangan dalam penerapan ESG di Indonesia, seperti penguatan fondasi ESG yang harus diperdalam hingga diperlukannya kontribusi melalui proses komunikasi dan edukasi mengenai ESG bagi para karyawan.
Managing Consultant, Corporate Sustainability & Climate Change, Indradi Soemardjan menambahkan bahwa saat ini perusahaan sangat memperhatikan dampak bisnis mereka terhadap alam dan lingkungan sosial.
“Principles for Sustainable Insurance sudah ditetapkan oleh PBB sejak tahun 2012. Penetapan ESG, pengelolaan risiko, kolaborasi antara pemerintah dan pemangku kepentingan serta penetapan transparansi dalam pelaksanaan ESG sangat penting. Maka dari itu, penting bagi perusahaan asuransi jiwa di Indonesia untuk melakukan transisi untuk penetapan ESG dengan metode yang tepat.” Ungkap Indradi.
Melihat pentingnya topik ESG, tahun 2024 AAJI akan menginisiasi beberapa program dan mengajak perusahaan asuransi jiwa untuk terus memberikan dampak positif dan signifikan terhadap kelestarian lingkungan melalui program “AAJI Peduli Bumi”. Program ini mencakup rangkaian penanaman Mangrove dan Lidah Mertua di empat kota di Indonesia. Selain itu, AAJI juga akan mulai mengukur keberhasilan tanggung jawab sosial industri asuransi jiwa kepada masyarakat, melalui konsolidasi pelaporan terkait. Laporan tersebut akan dikompilasi dan disampaikan kepada masyarakat pada setiap laporan kinerja industri asuransi jiwa setiap kuartal.